Langit yang
mendung, bersamaan dengan alunan merdu sebuah lagu romansa. Jendela itu menatap
kearah langit gelap semu yang tertitik air yang menetes seperti benang.
Dimana kiranya
itu adalah hari yang mengenang sebelumnya, sebuah memori lama.
Entah sebuah kenangan,
entah sebuah masa lalu yang ingin kembali dijadikan harapan.
Bukan harapan,
heh.. mungkin wajarkah jika harus terus ditahan, dipendam atau ditepis?
Menimpulkan
luka sakit yang tak berdarah.
tidak segila seperti beberapa bulan yang lalu...
Begitu
hebatnya dirimu? Tidak, bahkan berapa kali kau rasakan hatimu semendung langit
yang kini kau tatap. Bahkan sempat terjadi hujan dipermukan wajahmu.
Sekarang apa
masa lalu yang kau harapkan?
Bukankah semua
itu sudah lama berlalu dan tidakkah itu akan menjadi sia2??
Mungkinkah
yang kau harapkan sama halnya dengan yang akan terwujud?
Mungkin akan
banyak pertanyaan ketika harapanmu semakin kau inginkan.
Dan taukah
kini rasa itu benar – benar perlahan memperdalam lukamu?
Mungkin sekarang
kau telah menyesal dengan masa lalu yang sudah kau lewati dengan mendungmu. Dan
hebatnya kau, tak ada yang pernah tau kemendungan yang tersembunyi disenyum2mu.
Beberapa kali kau coba? Ketika rasa tak kuatmu itu datang.
Kau biarkan
kau bersembunyi di keremangan ruangan, tersudut dan menatap setiap ujung
cahaya. Dan kau bayangkan kehadirannya, seperti saat dulu kala.
Dan semua
sirna dengan kesadaranmu, jika ruangan itu hanya ada kau.
Seberapa
banyak telah kau tampung? Seberapa terhitung tetesan itu?
Dan sadarkan
perasaan itu hanya kau yang merasakannya?
Tak ada yang
pernah bisa kembali ke masa lalu itu.
Banyak yang
memiliki perihal keinginan sepertimu, dan itu hanya khayalan.
Tak ada yang
tau dimana mesin waktu itu, waktu tidak bisa dikembalikan, sadarlah!
Mungkin benar
kau tersudut dengan perasaan itu, kerinduan itu.
Mungkin
beberapa waktu kemudian itu menjadi sejarah dan pelajaran buatmu.
Dan apakah saat ini kau tak bersyukur ada
seorang yang datang disaat yang tepat, walau kemudian dia pergipun tak diwaktu
yang tepat. Kau anggap dia seperti bilah kaca, yang kau genggam erat atau tidak,
dia tetap akan melukaimu, dia tak ingin kau terluka. Dia hanya meminta celah yang tepat.
dia tetap akan melukaimu, dia tak ingin kau terluka. Dia hanya meminta celah yang tepat.
Hanya saja
saat itu kau bodoh. Terlalu mempersulit keadaanmu hingga kini penyesalan
menghampirimu sampai pikiran bodoh mesin waktumu hadir.
Dan hari ini,
tepat kemarin.
Hanya karena
sebuah lagu, kau kembali hampir terpuruk dengan perasaanmu seperti beberapa bulan
lalu? Dan kau terus mendengarkannya, berharap kau akan bosan dengan lagu – lagu
itu.
Dan nyatanya..
kau terlarut dalam makna dan alunan lagu itu.
Kau kembali
sakit itulah ujung kebodohan yang kau tertawakan.
sekarang kau tertawa!
sekarang kau tertawa!
Keadaan ini
masih bersambung…… yahh… bersambung... entah sampai kapan..
No comments:
Post a Comment