Sunday, January 12, 2014

Tentang sebuah hal, tentang sebuah jalan.

Tentang sebuah hal..
Banyak, tak hanya satu..
Saling berkaitan membentuk pola kehidupan, berinteraksi menjadi sebuah problem kemudian intervensi. Manusia, sebuah lakon kehidupan didunia, makhluk Allah yang menduduki kelas sempurna diantara ciptaanNya. Lalu bagaimana? Menciptakan pola untuk manusia itu?

Tentang sebuah jalan..
begitu banyak liku, gelap dan terjal.
terhubung dalam satu tujuan dengan banyak jalan, tergantung bagaimana manusia melaluinya, memperoleh jalan yang mudah, memperoleh jalan yang susah. Kita selalu berdo'a kepada Allah tiap bait surah Al-fatihah untuk meminta sebuah jalan yang lurus bukan jalan yang tersesat, apakah manusia masih tersesat?

Seorang manusia berdiri di jalan dengan beberapa pohon disekitarnya, menikmati udara yang berhembus, semilir lembut menyisir tiap helai rambutnya.
Dia berdiri seolah memikirkan sesuatu.


Aku bicara padamu “angin”
Bisakah kau merasakannya?
Sudah berapa banyak dahan yang kau terpa?
Sudah berapa banyak dahan yang jatuh setelahnya?
Bisakah kau merasakannya?
Sedangkan mereka yang terjatuh tak pernah membencimu “angin”
Seberapa banyak mereka bertahan untuk itu?
Untuk tetap tegar menghadapi terpaanmu.
Aku bertanya padamu “angin”
Adakah yang bisa aku tahu untuk berteman denganmu?
Cara yang tepat untuk menggenggammu,
Meski tak mungkin.. tolong beritahu aku.
Apakah itu, agar aku tak seperti dedaunan yang terjatuh itu.

-Ei Kei Ei-


Bertanya kepada angin? Mendapatkan jawabannya kah?
Bagaimana bisa dia bertanya kepada benda yang juga memiliki pencipta?
Sama seperti manusia itu.
Dimulai dari mana manusia mulai menentukan masalah mereka, mereka selalu menjudge sisi kesalahan mereka sebagai titik sial mereka. Mencari tahu dan mencoba menggenggam masalah tersebut kemudian membuangnya. Sedangkan mereka tidak pernah tahu, masalah tersebut ada yang menciptakannya.
Tidak lain, itu adalah dirinya. Bagaimana dia menciptakan suatu kondisi kemudian dia menyebutnya sebagai masalah.

Contoh simple dialog antara manusia itu dengan angin. Masih ada banyak di muka bumi ini manusia selalu mencari jawaban atas masalahnya, mencari ke sesuatu yang sudah pastinya sesuatu tersebut masih memiliki pecipta. Itulah manusia mulai tak menyadari bagaimana cara memahami keadaannya dengan masalahnya.

Berawal dari ego diri yang tertanam, kebanggaan tersendiri memiliki ego negatif. Sedangkan mereka tanpa sadar jika ego negatif merekalah yang memunculkan berbagai masalah. Kemudian menyalahkan hal lain, padahal sudah jelas siapa pemilik masalah itu.

Mungkin sulit, banyak yang berkata dengan kalimat andalan mereka “berkata itu lebih mudah dari melakukan” mungkin aku sendiri sudah pernah membuktikannya.
Tapi, aku sempat menyadarinya. Bahwa, apa yang kita katakan, bisa jadi itu yang akan terjadi.
Ketika seorang berkata “berkata itu lebih mudah dari melakukan” garis bawahi bagian lebih mudah. Dari mana kamu bisa mengukur hal itu lebih mudah, sedangkah untuk melakukan pembuktian belum ada hasil maksimal dari usahamu.
Ketika kita di pepet oleh 2 pilihan, dan kita hanya bisa memilih salah satu, maka yang akan didapatkan adalah jawaban ya atau tidak.
Seperti halnya kalimat “berkata itu lebih mudah dari melakukan” seseorang bisa saja mengalami kebenaran itu. Karena, dia melakukannya dengan keraguan, tidak ada kemauan melakukannya 100%, hanya setengah setengah. Pada akhirnya, kalimat diatas terjadi.
Ia hanya bisa berkata pada dirinya tapi dia tidak bisa melakukannya kepada dirinya.

Keputusan?
Bertanya kepada siapa? Angin? Seperti dialog diatas? Bagaimana agar bisa berteman dengan angin?
Lalu tanya kepada dirimu. Sudahkah kamu berteman dengan dirimu?
Sehingga ketika kamu terterpa angin, kamu akan lebih kuat karena. Kamu tidak sendiri?
Ada dirimu di dalammu yang menemenimu dan membantumu untuk berdiri lebih kokoh.

Dan aku baru menyadari jika..
Semua hal itu adalah berawal dari diri sendiri.


Jangan lagi bertanya kepada angin bagaimana cara berteman dengannya.
Tapi, tanyakan kepada Allah, sang penciptamu,
kemudian bertanyalah kepada dirimu bagaimana berteman dengan dirimu untuk menghadapi angin.

Tentang Sebuah jalan?



By : Eka Yuliana


No comments:

Post a Comment