Tentang sebuah hal..
Banyak, tak hanya
satu..
Saling berkaitan
membentuk pola kehidupan, berinteraksi menjadi sebuah problem kemudian
intervensi. Manusia, sebuah lakon kehidupan didunia, makhluk Allah yang
menduduki kelas sempurna diantara ciptaanNya. Lalu bagaimana? Menciptakan pola
untuk manusia itu?
Tentang sebuah jalan..
begitu banyak liku, gelap dan terjal.
terhubung dalam satu tujuan dengan banyak jalan, tergantung bagaimana manusia melaluinya, memperoleh jalan yang mudah, memperoleh jalan yang susah. Kita selalu berdo'a kepada Allah tiap bait surah Al-fatihah untuk meminta sebuah jalan yang lurus bukan jalan yang tersesat, apakah manusia masih tersesat?
Seorang manusia
berdiri di jalan dengan beberapa pohon disekitarnya, menikmati udara yang
berhembus, semilir lembut menyisir tiap helai rambutnya.
Dia berdiri seolah
memikirkan sesuatu.
Aku bicara padamu “angin”
Bisakah kau merasakannya?
Sudah berapa banyak dahan yang kau terpa?
Sudah berapa banyak dahan yang jatuh setelahnya?
Bisakah kau merasakannya?
Sedangkan mereka yang terjatuh tak pernah membencimu “angin”
Seberapa banyak mereka bertahan untuk itu?
Untuk tetap tegar menghadapi terpaanmu.
Aku bertanya padamu “angin”
Adakah yang bisa aku tahu untuk berteman denganmu?
Cara yang tepat untuk menggenggammu,
Meski tak mungkin.. tolong beritahu aku.
Apakah itu, agar aku tak seperti dedaunan yang terjatuh itu.
-Ei Kei Ei-
Bertanya kepada angin?
Mendapatkan jawabannya kah?
Bagaimana bisa dia
bertanya kepada benda yang juga memiliki pencipta?
Sama seperti manusia
itu.
Dimulai dari mana
manusia mulai menentukan masalah mereka, mereka selalu menjudge sisi kesalahan
mereka sebagai titik sial mereka. Mencari tahu dan mencoba menggenggam masalah
tersebut kemudian membuangnya. Sedangkan mereka tidak pernah tahu, masalah
tersebut ada yang menciptakannya.
Tidak lain, itu adalah
dirinya. Bagaimana dia menciptakan suatu kondisi kemudian dia menyebutnya
sebagai masalah.
Contoh simple dialog antara
manusia itu dengan angin. Masih ada banyak di muka bumi ini manusia selalu
mencari jawaban atas masalahnya, mencari ke sesuatu yang sudah pastinya sesuatu
tersebut masih memiliki pecipta. Itulah manusia mulai tak menyadari bagaimana
cara memahami keadaannya dengan masalahnya.
Berawal dari ego diri
yang tertanam, kebanggaan tersendiri memiliki ego negatif. Sedangkan mereka
tanpa sadar jika ego negatif merekalah yang memunculkan berbagai masalah.
Kemudian menyalahkan hal lain, padahal sudah jelas siapa pemilik masalah itu.
Mungkin sulit, banyak
yang berkata dengan kalimat andalan mereka “berkata itu lebih mudah dari
melakukan” mungkin aku sendiri sudah pernah membuktikannya.
Tapi, aku sempat
menyadarinya. Bahwa, apa yang kita katakan, bisa jadi itu yang akan terjadi.
Ketika seorang berkata
“berkata itu lebih mudah dari melakukan” garis bawahi bagian lebih mudah. Dari
mana kamu bisa mengukur hal itu lebih mudah, sedangkah untuk melakukan
pembuktian belum ada hasil maksimal dari usahamu.
Ketika kita di pepet
oleh 2 pilihan, dan kita hanya bisa memilih salah satu, maka yang akan
didapatkan adalah jawaban ya atau tidak.
Seperti halnya kalimat
“berkata itu lebih mudah dari melakukan” seseorang bisa saja mengalami
kebenaran itu. Karena, dia melakukannya dengan keraguan, tidak ada kemauan
melakukannya 100%, hanya setengah setengah. Pada akhirnya, kalimat diatas
terjadi.
Ia hanya bisa berkata
pada dirinya tapi dia tidak bisa melakukannya kepada dirinya.
Keputusan?
Bertanya kepada siapa?
Angin? Seperti dialog diatas? Bagaimana agar bisa berteman dengan angin?
Lalu tanya kepada
dirimu. Sudahkah kamu berteman dengan dirimu?
Sehingga ketika kamu
terterpa angin, kamu akan lebih kuat karena. Kamu tidak sendiri?
Ada dirimu di dalammu
yang menemenimu dan membantumu untuk berdiri lebih kokoh.
Dan aku baru menyadari
jika..
Semua hal itu adalah
berawal dari diri sendiri.
Jangan lagi bertanya
kepada angin bagaimana cara berteman dengannya.
Tapi, tanyakan kepada Allah, sang penciptamu,
kemudian bertanyalah kepada dirimu bagaimana berteman dengan dirimu untuk menghadapi angin.
Tapi, tanyakan kepada Allah, sang penciptamu,
kemudian bertanyalah kepada dirimu bagaimana berteman dengan dirimu untuk menghadapi angin.
Tentang Sebuah jalan? |
By : Eka Yuliana
No comments:
Post a Comment