Friday, May 15, 2015

Dialog Bayi Aborsi

Renungkan, mereka juga manusia, Jika sebuah hal membuat semua ini terjadi, renungkan kesalahan yang telah diperbuat, Jika itu sebuah aib dan sebuah nista. Renungkan hidupmu dan dosamu.
Selalu akan ada hari pembalasan, Untuk negeri yang berangsur angsur menuju kehancuran moral. Ketika generasi yang dipercayakan Ir. Soekarno akan mengguncangkan dunia kini telah kehilangan moral mereka. Renungkan! Hidup memang hanya sekali, karena hanya sekali itulah. 
Gunakan sebaik mungkin.

Untuk para wanita yang sudah memikirkan cara ini untuk menyelesaikan masalah :

Perkataan Janin Bayi Korban Aborsi‎ 


KETIKA MASIH DALAM KANDUNGAN 

“Ibu... Saat ini Aku gembira sekali
Aku berada ditempat yang hangat dan nyaman walaupun gelap
Tapi itu tidak masalah, aku tetap gembira sekali
Allah telah memilihkan tempat ini untukku,
Aku bisa merasakan Ibu tersenyum,
Mendengarkan suara Ibu yang lembut. 
Tapi Bu, kenapa hari ini ibu menangis..? 
Malam ini aku juga mendengar Ibu menangis
Bahkan ketika tangisanmu semakin menjadi, 
Tiba tiba Ibu memukulku, yang masih ada dalam perutmu 
Aku kaget sekali Bu... 
Aku ingin sekali memelukmu 
Dan bertanya kepadamu, kenapa Ibu bersedih..?
Siapa yang telah membuat ibu menangis..?
Tapi Ibu terus memukulku.. Sakitttt Bu...! 
Ibu.. Aku ingin bertanya, kenapa hari ini Ibu mencaci maki aku..?
Aku bahkan tidak tau apa salahku..?
Yang ada Ibu hanya berteriak 
Sambil menyebutkan nama Seseorang yang Ibu katakan sebagai Ayahku, 
Seseorang yang kemarin memukul Ibu 
Ibu.. Aku ingin membelai wajahmu dan mengusap air matamu, 
Aku ingin mengatakan aku sayang Ibu agar Ibu tenang, 
Tapi tanganku masih terlalu kecil untuk bisa merangkul 
Bahkan membelai wajahmu Ibu.. 
Tapi, Tenanglah Bu.... 
Aku benar-benar akan membahagiakan Ibu saat aku tumbuh besar nanti. 
Aku akan menjadi jagoan kecil Ibu dan melindungi Ibu, 
Agar tidak ada lagi yang menyakiti Ibuku 

KETIKA ABORSI DILAKUKAN 

"Ibu.. Mengapa seharian ini Ibu tetap menangis..?
Apa aku berbuat salah..? 
Hukumlah aku Bu jika aku salah, 
Tapi tolong usir benda yang menarikku ini..!
Ibu dia jahat padaku, dia menyakitiku, Ibu... 
Tolong aku.. sakiiiiit Bu..... 
Kenapa Ibu tidak mendengar teriakan-ku, Bu...
Benda itu menarik kepala-ku, rasanya leherku ini mau putus, 
Dia bahkan menyakiti tanganku yang kecil ini
Dia terus menarik dan menyiksaku.. 
Sakiiit.....
Oh Ibu, tolong hentikan semua ini, aku tidak kuat kesakitan seperti ini.. Ibu.. Aku sekarat.. 

KETIKA ABORSI SELESAI 

Ibuku sayang, kini aku telah bersama Allah di Syurga
aku bertanya kepada 'Nya, apakah aku dibunuh..?
'Dia Menjawab “Aborsi.. 
Ibu, aku masih tidak mengerti apa itu Aborsi..? 
Yang aku tau sesuatu itu telah menyakitiku dan aku sedih Bu..
Teman-Temanku di Syurga bilang, kalau aku tidak di inginkan. 
Ahh... Aku tidak percaya, 
Aku mempunyai Ibu yang sangat baik dan sayang padaku. 
Mereka juga berkata, karena aku, Ibu merasa sangat malu.! 
Itu Tidak benar kan Bu..? 
Aku kan jagoan kecil Ibu yang akan melindungimu, 
Menapa Ibu harus malu..?
Aku janji tidak akan nakal dan membuat Ibu malu. 
Tetapi Mereka tetap bilang padaku, kalau Ibu sendiri yang membunuhku..! 
Tidak..! 
Ibuku tidak akan sekejam itu, 
Ibuku sangat lembut dan mengasihiku..! 
Maafkan Aku Ibu, aku telah berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.
Karena aku ingin membahagiakan Ibu, 
Tapi sekarang Allah telah membawaku kesini, 
Karena kejadian itu benda Itu telah menghisap lengan dan kakiku hingga putus 
Dan akhirnya mencengkeram seluruh tubuh mungilku ini Bu... 
Aku hanya ingin Ibu tahu, bahwa aku sangat ingin tinggal bersamamu, 
Ku tak ingin pergi... aku sayang Ibu, 
Walaupun aku belum sempat bernafas dan melihat Wajahmu IBU... 
Aku sangat ingin mengatakan,.. 
"Biarlah aku sendiri yang merasakan sakitnya diperlakukan seperti itu, asal jangan Ibu". 
Maafkan aku karena gagal menjadi jagoan kecil yang akan melindungi Ibu, 

Selamat tinggal Ibu....


Hukum & Asal Muasal Peringatan Malam Nisfu Sya’ban

di copy dan paste kan langsung dari sumber terkait.

Hukum & Asal Muasal Peringatan Malam Nisfu Sya’ban
Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Baaz

Segala puji hanyalah bagi Allah yang telah menyempurnakan agama-Nya bagi kita, dan mencukupkan nikmat-Nya kepada kita, semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam pengajak ke pintu tobat dan pembawa rahmat.

Amma ba’du:

Sesungguhnya Allah telah berfirman:

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu.” [Al-Maidah/5 :3]

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diridhoi Allah? Sekirannya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka sudah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zhalim itu akan memperoleh adzab yang pedih.” [Asy-Syura’/42 : 21]

Dari Aisyah Radhiallahu ‘anhuma dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda.

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

“Barangsiapa mengada-adakan suatu perkara (dalam agama) yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak.”

Dalam lafazh Muslim: “Barangsiapa mengerjakan perbuatan yang tidak kami perintahkan (dalam agama), maka ia tertolak.”

Dalam Shahih Muslim dari Jabir Radhiallahu ‘anhu bahwasanya Nabi pernah bersabda dalam khutbah Jum’at:

أما بعد : فإن خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وسلم وشر الأمور محدثاتها، وكل بدعة ضلالة

Amma ba’du, sesungguhnya sebaik- baik perkataan adalah Kitab Allah (Al-Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan sejahat-jahat perbuatan (dalam agama) ialah yang diada-adakan, dan setiap bid’ah (yang diada-adakan) itu adalah sesat.”

Masih banyak lagi hadits-hadits yang senada dengan hadits ini, hal mana semuanya menunjukkan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan agama ini untuk umat-Nya. Dia telah mencukupkan nikmat- Nya bagi mereka; Dia tidak mewafatkan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam kecuali sesudah beliau menyelesaikan tugas penyampaian risalahnya kepada umat dan menjelaskan kepada mereka seluruh syariat Allah, baik melalui ucapan maupun pengamalan. Beliau menjelaskan segala sesuatu yang akan diada-adakan oleh sekelompok manusia sepeninggalnya dan dinisbahkan kepada ajaran Islam baik berupa ucapan maupun perbuatan, semuanya itu bid’ah yang tertolak, meskipun niatnya baik. Para shahabat dan ulama’ mengetahui hal ini, maka mengingkari perbuatan-perbuatan bid’ah dan memperingatkan kita darinya. Hal itu disebutkan oleh mereka yang mengarang tentang pengagungan sunnah dan pengingkaran bid’ah, seperti Ibnu Wadhdhoh, Ath Tharthusyi dan Abu Syaamah dan lain sebagainya.

Di antara bid’ah yang biasa dilakukan oleh banyak orang ialah bid’ah mengadakan upacara peringatan malam Nisfu Sya’ban dan mengkhususkan pada hari tersebut dengan puasa tertentu. Padahal tidak ada satupun dalil yang dapat dijadikan sandaran, ada hadist-hadits tentang fadhilah malam tersebut tetapi hadits-hadits tersebut dlaif sehingga tidak dapat dijadikan landasan. Adapun hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan shalat pada hari itu adalah maudhu’.

Dalam hal ini, banyak di antara para ‘ulama yang menyebutkan tentang lemahnya hadits-hadits yang berkenaan dengan pengkhususan puasa dan fadhilah shalat pada hari Nisfu Sya’ban, selanjutnya akan kami sebutkan sebagian dari ucapan mereka.

Pendapat para ahli Syam di antaranya Hafizh Ibnu Rajab dalam bukunya “Lathaiful Ma’arif” mengatakan bahwa perayaan malam Nisfu Sya’ban adalah bid’ah dan hadits-hadits yang menerangkan keutamaannya lemah. Hadits-hadits lemah bisa diamalkan dalam ibadah jika asalnya didukung oleh hadits-hadits shahih, sedangkan upacara perayaan malam Nisfu Sya’ban tidak ada dasar hadits yang shahih sehingga tidak bisa didukung dengan dalil hadits- hadits dhaif.

Ibnu Taimiyah telah menyebutkan kaidah ini dan kami akan menukil pendapat para ahli ilmu kepada sidang pembaca sehingga masalahnya menjadi jelas; para ulama’ telah bersepakat bahwa merupakan suatu keharusan untuk mengembalikan segala apa yang diperselisihkan manusia kepada Kitab Allah (Al-Qur’an) dan Sunnan Rasul (Al-Hadits), apa saja yang telah digariskan hukumnya oleh keduanya atau salah satu daripadanya, maka wajib diikuti dan apa saja yang bertentangan dengan keduanya maka harus ditinggalkan, serta segala sesuatu amalan ibadah yang belum pernah disebutkan adalah bid’ah; tidak boleh dikerjakan apabila mengajak untuk mengerjakannya atau memujinya.

Allah berfirman dalam surat An-Nisaa':

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

“Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan Ulil Amri (pemimpin-pemimpin) di antara kamu, maka jika kamu berselisih pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnah) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [An-Nisaa’/4: 59]

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِن شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

” Tentang sesuatu apapun kamu berselisih, maka keputusannya (terserah) kepada Allah (yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Tuhanku. Kepada-Nyala aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.” [Asy-Syuraa/42: 10]

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa sesuatu keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima sepenuhnya.“ [An-Nisaa’/4: 65]

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang semakna dengan ayat- ayat di atas, ia merupakan nash atau ketentuan hukum yang mewajibkan agar supaya masalah-masalah yang diperselisihkan itu dikembalikan kepada Al-Qur’an dan Hadits, selain mewajibkan kita agar rela terhadap hukum yang ditetapkan oleh keduanya (Al-Qur’an dan Hadits).

Demikianlah yang dikehendaki oleh Islam, dan merupakan perbuatan baik bagi seorang hamba terhadap Tuhannya, baik di dunia atau di akherat nanti, sehingga pastilah ia akan menerima balasan yang setimpal.

Dalam pembicaraan masalah malam Nisfu Sya’ban Ibnu Rajab berkata dalam bukunya “Lathaiful Ma’arif”,

“Para Tabi’in dari ahli Syam (Syiria, sekarang) seperti Khalid bin Ma’daan, Makhul, Luqman dan lainnya pernah mengagung-agungkan dan berijtihad melakukan ibadah pada malam Nisfu Sya’ban kemudian orang- orang berikutnya mengambil keutamaan dan pengagungan itu dari mereka. 
Dikatakan bahwa mereka melakukan perbuatan demikian itu karena adanya cerita-cerita israiliyat, tatkala masalah itu tersebar ke penjuru dunia, berselisihlah kaum muslimin; ada yang menerima dan menyetujuinya ada juga yang mengingkarinya.
Golongan yang menerima adalah Ahli Bashrah dan lainyya sedang golongan yang mengingkarinya adalah mayoritas ulama Hijaz (Saudi Arabia, sekarang), seperti Atha’ dan Ibnu Abi Malikah dan dinukil oleh Abdurrahman bin Zaid bi Aslam dari fuqaha’ Madinah, yaitu ucapan Ashhabu Malik dan lain-lainnya. Mereka mengatakan bahwa semua perbuatan itu bid’ah. Adapun pendapat ulama’ ahli Syam berbeda dalam pelaksanaannya dengan dua pendapat: 
1. Menghidup-hidupkan malam Nisfu Sya’ban dalam masjid dengan berjamah adalah mustahab (disukai Allah). Dahulu Khalid bin Ma’daan dan Luqman bin Amir memperingati malam tersebut dengan memakai pakaian paling baru dan mewah, membakar menyan, memakai celak dan mereka bangun malam menjalankan shalatul lail di masjid. Ini disetujui oleh Ishaq bin Ruhwiyah, ia berkata: “Menjalankan ibadah di masjid pada malam itu secara jamaah tidak bid’ah.” Hal ini dicuplik oleh Harbu Al-Kirmany. 
2. Berkumpulnya manusia pada malam Nisfu Sya’ban di masjid untuk shalat, bercerita dan berdo’a adalah makruh hukumnya, tetapi boleh jika menjalankan shalat khusus untuk dirinya sendiri. Ini pendapat Auza’iy Imam Ahlu Syam, sebagai ahli fiqh dan cendekiawan mereka. Insya Allah pendapat inilah yang mendekati kebenaran, sedangkanpendapat Imam Ahmad tentang malam tentang malam Nisfu Sya’ban ini,tidak diketahui.”

Ada dua riwayat sebagai sebab cenderungnya diperingati malam Nisfu Sya’ban, dari antara dua riwayat yang menerangkan tentang dua malam hari raya (Idul Fitri dan Idul Adha). Dalam satu riwayat berpendapat bahwa memperingati dua malam hari raya dengan berjamaah adalah tidak disunnahkan, karena hal itu belum pernah dikerjakan oleh Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya. Riwayat lain berpendapat bahwa malam tersebut disunnahkan, karena Abdurrahman bin Yazid bin Aswad pernah mengerjakannya, dan ia termasuk tabi’in, begitu pula tentang malam Nisfu Sya’ban, Nabi belum pernah mengerjakannya atau menetapkannya, termasuk juga para sahabat, itu hanya ketetapan dari golongan tabi’in ahli fiqih Syam. Demikian maksud dari Al-Hafizh Ibnu Rajab (semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya).

Ia mengomentari bahwa tidak ada suatu ketetapan pun tentang malam Nisfu Sya’ban ini, baik itu dari Nabi maupun dari para shahabat. Adapun pendapat Imam Auza’iy tentang bolehnya (istihbab) menjalankan shalat pada malam hari itu secara individu dan penukilan Al-Hafizh Ibnu Rajab dalam pendapatnya itu adalah gharib dan dhaif, karena segala perbuatan syariah yang belum pernah ditetapkan oleh dalil-dalil syar’iy, tidak boleh bagi seorang pun dari kaum muslimin mengada- adakannya dalam Islam, baik itu dikerjakan secara individu ataupun kolektif, baik itu dikerjakan secara sembunyi-sembunyi ataupun terang- terangan, sebab keumuman hadits Nabi:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa mengerjakan suatu amalan (dalam agama) yang tidak kami perintahkan, maka ia tertolak.”

Dan banyak lagi hadits-hadits yang mengingkari perbuatan bid’ah dan memperingatkan agar dijauhi.

Imam Abubakar Ath-Thurthusyiy berkata dalam bukunya, “Al-Hawadits wal Bida”,

“Diriwayatkan oleh Wadhdhah dari Zaid bin Aslam berkata: kami belum pernah melihat seorang pun dari sesepuh dan ahli fiqih kami yang menghadiri perayaan malam Nisfu Sya’ban, (mereka -ed) tidak mengindahkan hadits Makhul (dhaif) dan tidak pula memandang adanya keutamaan pada malam tersebut terhadap malam-malam lainnya.
Dikatakan kepada Ibnu Malikah bahwasanya Ziad An Numairiy berkata: Pahala yang didapat (dari ibadah) pada malam Nisfu Sya’ban menyamai pahala Lailatul Qadar. Ibnu Malikah menjawab: Seandainya saya mendengarnya sedang di tangan saya ada tongkat, pasti saya pukul. Ziad adalah seorang penceramah (tukang cerita -ed).”

Al-‘Allaamah Syaukani menulis dalam bukunya, Al-Fawaaidul Majmu’ah, sebagai berikut:

يا علي من صلى مائة ركعة ليلة النصف من شعبان ، يقرأ في كل ركعة بفاتحة الكتاب و قل هو الله أحد- عشر مرات ، إلا قضى الله له كل حاجة … الخ

“Wahai Ali, barangsiapa melakukan shalat pada malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat; ia membaca setiap rakaat Al-Fatihah dan Qul Huwallahu Ahad sebanyak sepuluh kali, pasti Allah memenuhi segala kebutuhannya… dan seterusnya.”

Hadits ini adalah maudhu’, pada lafazh-lafazhnya menerangkan tentang pahala yang akan diterima oleh pelakunya adalah tidak diragukan kelemahannya bagi orang berakal, sedangkan sanadnya majhul (tidak dikenal). Hadits ini diriwayatkan dari jalan kedua dan ketiga, kesemuanya maudhu’ dan perawi-perawinya majhul.

Dalam kitab “Al Mukhtashar” Syaukani melanjutkan : Hadits yang menerangkan shalat Nisfu Sya’ban adalah batil. Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dari Ali radhiallahu ‘anhu:

إذا كان ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها

“Jika datang malam Nisfu Sya’ban bershalat malamlah dan berpuasalah pada siang harinya”, (riwayat ini-ed) adalah dhaif.

Dalam buku Allaali’ diriwayatkan bahwa: Seratus rakaat dengan tulus ikhlas pada malam Nisfu Sya’ban adalah pahalanya sepuluh kali lipat. Hadits riwayat Ad Dailamiy, hadits ini maudhu’ tetapi mayoritas perawinya pada jalan ketiga majhul dan dhaif (lemah).

Imam Syaukani berkata: “Hadits yang menerangkan bahwa dua belas rakaat dengan tulus ikhlas pahalanya adalah tiga puluh kali lipat, (adalah hadits -ed) maudhu’. Dan hadits empat belas rakaat … dan seterusnya adalah maudhu’ (tidak bisa diamalkan dan harus ditinggalkan, pent).

Para fuqaha’ banyak tertipu dengan hadits-hadits di atas, seperti pengarang Ihya’ Ulumuddin dan lainnya juga sebagian dari mufassirin. Telah diriwayatkan bahwa, shalat pada malam ini, yakni malam Nisfu Sya’ban yang telah tersebar ke seluruh pelosok dunia itu, semuanya adalah bathil/tidak benar dan haditsnya adalah maudhu’.”

Anggapan itu tidak bertentangan dengan riwayat Tirmidzi dari hadits Aisyah bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam pergi ke Baqi’ dan Tuhan turun ke langit dunia pada malam Nisfu Sya’ban untuk mengampuni dosa sebanyak jumlah bulu domba dan bulu kambing. Sesungguhnya perkataan tersebut berkisar tentang shalat pada malam itu, tetapi hadits Aisyah ini lemah dan sanadnya munqathi’ (terputus) sebagaimana hadits Ali yang telah disebutkan di atas mengenai malam Nisfu Sya’ban, jadi dengan jelas bahwa shalat malam itu juga lemah dasarnya.

Al-Hafizh Al-Iraqi berkata: Hadits (yang menerangkan) tentang shalat Nisfu Sya’ban maudhu’ dan pembohongan atas diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.

Dalam kitab Al Majmu’, Imam Nawawi berkata: Shalat yang sering kita kenal dengan shalat Raghaib ada (berjumlah) dua belas raka’at dikerjakan antara Maghrib dan Isya’ pada malam Jum’at pertama bulan Rajab; dan shalat seratus rakaat pada malam Nisfu Sya’ban. Dua shalat itu adalah bid’ah dan mungkar. Tak boleh seseorang terpedaya oleh kedua hadits itu hanya karena telah disebutkan di dalam buku Quutul Quluub dan Ihya’ Ulumuddin. Sebab pada dasarnya hadits-hadits tersebut batil (tidak boleh diamalkan). Kita tidak boleh cepat mempercayai orang-orang yang menyamarkan hukum bagi kedua hadits, yaitu dari kalangan Aimmah yang kemudian mengarang lembaran-lembaran untuk membolehkan pengamalan kedua hadits, dengan demikian berarti salah kaprah.

Syaikh Imam Abu Muhammad Abdurrahman Ibnu Ismail al Muqadaasiy telah mengarang sebuah buku yang berharga; Beliau menolak (menganggap batil) kedua hadits (tentang malam Nisfu Sya’ban dan malam Jum’at pertama pada bulan Rajab), ia bersikap (dalam mengungkapkan pendapatnya) dalam buku tersebut, sebaik mungkin.

Dalam hal ini telah banyak pengapat para ahli ilmu; maka jika kita hendak memindahkan pendapat mereka itu, akan memperpanjang pembicaraan kita. Semoga apa-apa yang telah kita sebutkan tadi, cukup memuaskan bagi siapa saja yang berkeinginan untuk mendapat sesuatu yang haq.

Dari penjelasan di atas tadi, seperti ayat-ayat Al-Qur’an dan beberapa hadits serta pendapat para ulama, jelaslah bagi pencari kebenaran (haq) bahwa peringatan malam Nisfu Sya’ban dengan pengkhususan shalat atau lainnya, dan pengkhususan siang harinya dengan puasa; itu semua adalah bid’ah dan mungkar tidak ada dasar sandarannya dalam syariat ini (Islam), bahkan hanya merupakan pengada-adaan saja dalam Islam setelah masa hidupnya para shahabat radhiallahu ‘anhu. Marilah kita hayati ayat Al-Qur’an di bawah ini :

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Kuridhoi Islam sebagai agama bagimu.” [Al-Maidah/5 : 3]

Dan banyak lagi ayat-ayat lain yang semakna dengan ayat di atas. Selanjutnya Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa mengada-adakan sesuatu perkara dalam agama (sepeninggalku), yang sebelumnya belum pernah ada, maka ia tertolak.”

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah pernah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : « لَا تَخْتَصُّوا لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ بِقِيَامٍ مِنْ بَيْنِ اللَّيَالِي وَلَا تَخُصُّوا يَوْمَ الْجُمُعَةِ بِصِيَامٍ مِنْ بَيْنِ الْأَيَّامِ إِلَّا أَنْ يَكُونَ فِي صَوْمٍ يَصُومُهُ أَحَدُكُمْ

“Janganlah kamu sekalian mengkhususkan malam Jum’at daripada malam-malam lainnya dengan suatu shalat, dan janganlah kamu sekalian mengkhususkan siang hariny autk berpuasa daripada hari-hari lainnya, kecuali jika (sebelumnya) hari itu telah berpuasa seseorang di antara kamu.” [Hadits Riwayat. Muslim]

Seandainya pengkhususan suatu malam dengan ibadah tertentu itu dibolehkan oleh Allah, maka bukanlah malam Jum’at itu lebih baik daripada malam-malam lainnya, karena pada hari itu adalah sebaik-baik hari yang disinari matahari? Hal ini berdasarkan hadits-hadits Rasulullah yang shahih.

Tatkala Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk mengkhususkan shalat pada malam hari itu daripada malam lainnya, hal itu menunjukkan bahwa pada malam lain pun lebih tidak boleh dikhususkan dengan ibadah tertentu, kecuali jika ada dalil shahih yang mengkhususkannya/menunjukkan atas kekhususannya. Menakala malam Lailatul Qadar dan malam-malam bulan puasa itu disyariatkan supaya shalat dan bersungguh-sungguh dengan ibadah tertentu. Nabi mengingatkan dan menganjurkan kepada umatnya agar supaya melaksanakannya, beliau pun juga mengerjakannya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih dari Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda:

Barangsiapa berdiri (melakukan shalat) pada bulan Ramadhan dengan penuh rasa iman dan harapan (pahala), niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lewat. Dan barangsiapa berdiri (melakukan shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh rasa iman dan harapan (pahala), niscaya Allah akan mengampuni dosanya yang telah lewat.” [Muttafaqun ‘alaih]

Jika seandainya malam Nisfu Sya’ban, malam Jum’at pertama pada bulan Rajab, serta malam Isra’ Mi’raj diperintahkan untuk dikhususkan dengan upacara atau ibadah tentang, pastilah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam menunjukkan kepada umatnya atau beliau menjalankannya sendiri. Jika memang hal itu pernah terjadi, niscaya telah disampaikan oleh para shahabat kepada kita; mereka tidak akan menyembunyikannya, karena mereka adalah sebaik-baik manusia dan yang paling banyak memberi nasehat setelah para nabi.

Dari pendapat-pendapat ulama’ tadi anda dapat menyimpulkan bahwasanya tidak ada ketentuan apapun dari Rasulullah ataupun dari para shahabat tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban dan malam Jum’at pertama pada bulan Rajab. Dari sini kita tahu bahwa memperingati perayaan kedua malam tersebut adalah bid’ah yang diada-adakan dalam Islam, begitu pula pengkhususan dengan ibadah tentang adalah bid’ah mungkar; sama halnya dengan malam 27 Rajab yang banyak diyakini orang sebagai malam Isra’ dan Mi’raj, begitu juga tidak boleh dikhususkan dengan ibadah- ibadah tertentu selain tidak boleh dirayakan dengan ibadah-ibadah tertentu selain tidak boleh dirayakan dengan upacara-upacara ritual, berdasarkan dalil-dalil yang disebutkan tadi.

Demikianlah, maka jika anda sekalian sudah mengetahui, bagaimana sekarang pendapat anda?

Yang benar adalah pendapat para ulama’ yang menandaskan tidak diketahuinya malam Isra’ dan Mi’raj secara tepat. Omongan orang bahwa malam Isra dan Mi’raj itu jatuh pada tanggal 27 Rajab adalah batil, tidak berdasarkan pada hadits-hadits shahih. Maka benar orang yang mengatakan :

“Dan sebaik-baik suatu perkara adalah yang telah dikerjakan oleh para salaf, yang telah mendapat petunjuk. Dan sehina-hina perkara (dalam agama), yaitu perkara yang diada-adakan berupa bid’ah-bid’ah.”

Allahlah yang bertanggung jawab untuk melimpahkan taufiq-Nya kepada kita dan kaum muslimin semua, taufiq untuk tetap berpegang teguh dengan sunnah dan konsisten di atasnya, serta waspada terhadap hal-hal yang bertentangan dengannya, karena hanya Allah yang terbaik dan termulia.

Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada hamba-nya dan Rasul-Nya Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam begitu pula atas keluarga dan para shahabat beliau. Amiin.

[Disalin dari kitab Waspada Terhadap Bid’ah Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Penerjemah Farid Ahmad Oqbah, Riyadh: Ar-Raisah Al-‘Ammah li-IdaratiAl-Buhuts Al-‘Ilmiah wa Al-Ifta’ wa Ad-Da’wah wa Al-Irsyad, 1413 H]

Artikel : Almanhaj.Or.Id

Wednesday, May 13, 2015

Renungkanlah 6 pertanyaan ini sobat!



Suatu hari , Seorang Guru berkumpul dengan murid-muridnya. ..
Lalu beliau mengajukan enam pertanyaan.. ..

Pertama…

“Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini…???”
Murid-muridnya ada yang menjawab….
“orang tua”, “guru”, “teman”, dan “kerabatnya” ..
Sang Guru menjelaskan semua jawaban itu benar…
Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “kematian”.. ..
Sebab kematian adalah PASTI adanya….

Lalu Sang Guru meneruskan pertanyaan kedua…
“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini…???”
Murid-muridnya ada yang menjawab…
“negara Cina”, “bulan”, “matahari”, dan “bintang-bintang” …
Lalu Sang Guru menjelaskan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah benar…
Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”…
Siapa pun kita… bagaimana pun kita…dan betapa kayanya kita… tetap kita TIDAK bisa kembali ke masa lalu… Sebab itu kita harus menjaga hari ini… dan hari-hari yang akan datang..

Sang Guru meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga…
“Apa yang paling besar di dunia ini…???”
Murid-muridnya ada yang menjawab “gunung”, “bumi”, dan “matahari”.. ..
Semua jawaban itu benar kata Sang Guru …
Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu”…
Banyak manusia menjadi celaka karena memperturutkan hawa nafsunya…
Segala cara dihalalkan demi mewujudkan impian nafsu duniawi …
Karena itu, kita harus hati-hati dengan hawa nafsu ini… jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka (atau kesengsaraan dunia dan akhirat)…

Pertanyaan keempat adalah… “Apa yang paling berat di dunia ini…???”
Di antara muridnya ada yang menjawab… “baja”, “besi”, dan “gajah”…
“Semua jawaban hampir benar…”, kata Sang Guru ..
tapi yang paling berat adalah “memegang amanah”…

Pertanyaan yang kelima adalah… “Apa yang paling ringan di dunia ini…???”
Ada yang menjawab “kapas”, “angin”, “debu”, dan “daun-daunan” …
“Semua itu benar…”, kata Sang Guru…
tapi yang paling ringan di dunia ini adalah “meninggalkan ibadah”…

Lalu pertanyaan keenam adalah… “Apakah yang paling tajam di dunia ini…???”
Murid-muridnya menjawab dengan serentak… “PEDANG…!! !” “(hampir) Benar…”, kata Sang Guru tetapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”…
Karena melalui lidah, manusia dengan mudahnya menyakiti hati… dan melukai perasaan saudaranya sendiri…

Sudahkah kita menjadi insan yang selalu ingat akan KEMATIAN…
senantiasa belajar dari MASA LALU…
dan tidak memperturutkan NAFSU…???
Sudahkah kita mampu MENGEMBAN AMANAH
sekecil apapun… dengan tidak MENINGGALKAN IBADAH….
serta senantiasa MENJAGA LIDAH kita…???

Kuil Hatshesut (+/- 1.470 SM), berkisah tentang Peradaban Purba Nusantara?

Peradaban Mesir Purba pernah dipimpin seorang Fir’aun Perempuan, yang bernama “Ratu Hatshepsut” (1479 SM – 1458 SM). Salah satu peninggalannya yang sangat terkenal adalah Mortuary Temple of Hatshepsut (Kuil Hatshepsut,wikipedia).
Yang menarik dari Kuil Hatshepsut, terdapat relief yang bercerita tentang Land of Punt (Tanah Punt), yakni satu daerah yang memiliki ciri kehidupan masyarakat Nusantara.
Hatshetsuptemple1
Misteri Tanah Punt
Kisah Tanah Punt, yang terdapat dalam relief Kuil Hatshepsut selama ribuan tahun menjadi misteri. Banyak analisis tentang keberadaannya, ada yang mengatakan berada di benua Afrika (Somalia, Ethiopia dan Sudan).
Namun berdasarkan penelitian mutahir, ciri kehidupan “Tanah Punt” ternyata sangat mirip dengan budaya Masyarakat Nusantara, terutama di sekitar Pantai Barat Sumatera Bagian Selatan.
1. Rumah Bangsa Punt, mirip rumah Suku Enggano Bengkulu
puntrumah2. Hiasan Kepala Bangsa Punt
hiasankepalapunt
3. Kebiasaan Pisau di Pinggang
pisaupuntSelain bersumber dari relief Kuil Hatshepsut, ada beberapa argumen lain, yang memberi bukti lokasi Tanah Punt, berada di sekitar Pantai Timur Sumatera Bagian Selatan.
a. Lokasi Pantai Timur Sumatera, terhadap wilayah Mesir
mesirbengkulub. Beberapa kosa kasa Suku Rejang Bengkulu, memiliki kemiripan dengan kosa kata bahasa Mesir (sumber : EGYPTIAN AND WEST SEMITIC WORDS IN SUMATRA’S REJANG CULTURE).
rejang4
c. Di daerah Sumatera Bagian Selatan, banyak ditemukan situs-situs purbakala yang berusia ribuan tahun, diantaranya : Situs Besemah (Sumsel 4.500 tahun,sumber) dan Gua Harimau (Sumsel 4.840 tahun, sumber).

Tuesday, May 12, 2015

Asal Muasal Bangsa Rohingya, dalam 5 versi literatur?

Rohingya adalah kelompok etnis bangsa Burma, yang sebagian besar mendiami wilayah  di Arakan (Rakhine, negara bagian Myanmar [Burma]). Mereka adalah Muslim, dan berdasarkan garis keturunan merupakan campuran ras dari Arab, Persia, Arakan, Pathan dan lain-lain.
koinrohingya1                                                                    Sumber Picture
Berdasarkan penelitian ahli Sejarah Rohingya,  Saif Ali Khan (Sumber :rvisiontv.com), setidaknya terdapat 5 versi asal muasal Bangsa Rohingya, yaitu :
1. Pada tahun 1429 M, Sultan Nadir Shah dari Bengal (Banglades), mengirim Jenderal Wali Khan, memimpin 20.000 Tentara Pathan. Tujuan pengiriman bala tentara ini, untuk membantu Raja Naramiekhla agar dapat kembali berkuasa di Arakan.
Setelah berhasil memperoleh kemenangan, tentara Pathan ini menetap di Arakan. Kemudian mereka berinteraksi dengan penduduk setempat, dan anak keturunan mereka dikenal sebagai Bangsa Rohingya.
2. Leluhur Rohingya berawal dari tentara bayaran Muslim dari tanah Arab. Karena dikenal kejujurannya akhirnya mereka diperkenankan berdiam di Arakan oleh penguasa setempat.
arakan1b                                                                       Sumber Picture 
3. Pernah ada seorang Pangeran Muslim dari Kerajaan Mogul yang bernama Mohammed Rahim. Ia meminta perlindungan di Arakan, pada masa  dinasti Mrauk U.
Mohammed Rahim dan pengikutnya, diberi suaka dikemudian hari anak keturunannya dikenal sebagai Rahingya (lama-lama berubah menjadi Rohingya).
4. Dahulu pernah ada Kesultanan disebut Roang, yang kemudian ditaklukkan  Kerajaan Mrauk U. Raja Kerajaan Roang, mengirim putranya bernama Shah Ali dan seribu pengikut ke Mrauk U untuk mempelajari bahasa Arakan, sastra dan budaya. Setelah menyelesaikan studi mereka menetap di Arakan.
arakan1a
5. Sekitar abad ketujuh ada sebuah kapal karam di dekat Pulau Ramree. Para anak buah kapal berkebangsaan Arab kemudian dibawa ke pengadilan setempat.
Ketika Sang Raja bertanya kepada mereka tentang keberadaan mereka. Orang-orang Arab ini mengira mereka akan dibunuh. Jadi mereka berteriak meminta “Raham” yang berarti rahmat.
Raja Arakan pikir mereka mengatakan berasal dari Rahm (kemudian kata ini berubah menjadi Rohang dan orang-orang yang disebut, Rohingya). Setelah Sang Raja mengizinkan mereka untuk tinggal, para pelaut ini kemudian menikah penduduk setempat (wanita Arakan).
WaLlahu a’lamu bishshawab
Catatan Penambahan :
1. Para sejarawan menyebutkan bahwa Islam sampai ke Arakan pada masa Dinasti Abbasiyyah,yaitu Khalifah Harun Ar-Rasyid (786-803), melalui para pedagang Arab (sumber : voa-islam.com).
2. Ada pendapat yang mengatakan kaum Rohingya sebagai keturunan Persia-Turki-Bengali-Pathan. Bangsa-bangsa itu bermigrasi ke Myanmar pada awal ke-8 M. Mereka menikah dengan penduduk asli di wilayah Arakan (sebelah barat Myanmar), sehingga terbentuklah generasi muslim yang dinamai Rohingya (sumber : Rohingya dan Iran).

Saturday, May 2, 2015

Tentang #HowOldRobot

Baru baru ini lagi kekinian banget link http://how-old.net/ . Dan entah kenapa aku jadi ikut ikutan, karena penasaran sih.. tapi asik juga sebagai seneng2 aja.
Menurutku sih, nih aplikasi agak agak, karena yahh entah kenapa dari hasilnya, umurku beberapa lebuh tua dari sebenenrnya.

Mau tau, nih?

Padahal aslinya umurku 21th

ini juga 21 tahun

Ini umur 22th

Hahahaa,.. mbak itha kalo tahu bakal seneng, umurnya jadi 23th

Demi apa aku jadi 30 >.<

Nyokap bener banget umurnya 39th beda 1 tahun doang lah.

Sialnya umurku gak pernah keliatan muda, selalu tua ;__;



Paling muda diantara bocah yang sebenernya berumur 21th

RI... km.... --"


Jadi seumuran gini sama nyokap 0-0




Sekarang coba aja langsung aplikasinya di http://how-old.net/ siapa tahu aja hasilnya memuaskan anda sekalian, kalo aku sihhhh... No comment ( !_,,_)

#howOldRobot