Gak ada kata lain yang
bisa aku ungkapkan dari sebuah kata “curiga” mungkin juga nih ya dijaman dulu
banyak perang itu ada curiga yang menjadi salah satu pemicunya, yahh.. gak
curiga mungkin orang tidak mereka – reka kejadian kemudian. Tapi ada dampak jelek
dan dampak baik dari curiga. Mbahku pernah bilang “jangan mudah percaya dengan
orang lain yang belum dikenal.” Nahh pastinya lah jika ada orang asing yang
datang ke aku dan bertanya seperti wartawan sok pengen tau, aku harus curiga
kan? Dan kenapa baiknya? Kamu gak bakal pernah terjerumus, bahkan gak akan
pernah merasa manusia paling bodoh yang bisa terjerumus ke hal seperti itu.
Tapi ada jeleknya juga sih. Semua hal menjadi sesuatu yang terlalu parno kalo
terus – terusan curiga.
Kadang terlihat dari
luar, sosok bernam
a “eka” yahhh kalian bisa memanggilku seperti itu, adalah
seseorang yang gak peka. Dalam artian, seolah – olah aku tidak bisa memahami
keadaan luar. Mungkin dalam situasi “itu bukan areaku” aku bisa terima hal itu
mengarah dan menempel erat kepadaku, tapi jika itu sudah berhubungan dengan
aku, masa iya sih aku gak peka?! Aku juga manusia yang berhati, walau dari luar
terlihat aku garang, hatiku lembut loh.. aah.,.! narsis bentar doang.
Kembali ke tidak peka
tersebut, lalu apa hubungannya curiga dengan tidak peka? Akan aku bahas tapi
mungkin dibahas gak jelas, ini menurut aku aja. Kadang dalam diam, seseorang
itu gak hanya ada dalam kediamannya, dia bisa berfikir, melamun, laper, atau
bahkan ngantuk. Dan untuk aku sendiri, dalam diamku (kapan aku diam) banyak
yang bilang aku gak bisa diam dan terlalu banyak ngomong, hahaha aku mulai
ngelantur abaikan,. Kadang kediamanku itu banyak hal sih yang menjadi pikiran,
bukan diriku.. tapi teman – temanku, aku kaui.. aku emang gak terlihat secara
real bisa memperhatikan keadaan temankku, tapi dari mereka bicara, bertingkah
laku, tersenyum, tertawa, menangis, makan, kesukaan, hobi, dan parfum. Aku bisa
menghapalnya.. mungkin mereka gak tau aku bisa memperhatikan dalam kondisi aku
yang gak terlihat memperhatikan. Tapi, perlukah kita membanggakan diri seolah
kita itu perduli dan perhatian terhadap seseorang dan menunjukkan kepada orang
lain bahwa aku perduli dengan temanku? Yang perduli dengan teman itu gak cuma
kita kok, udah bukan rahasia lagi kalo dalam pertemanan itu ada kata perduli,
jadi buat apa di ungkapin. Tidak peka? Diam terus menaruh curiga.. beberapa
remaja mungkin pernah mengalami ini, di sampingkan dalam aspek prlikaku remaja
dalam konteks jatuh cinta. Aku agak merinding kalo bahas cinta., diambil secara
umumnya aja prilaku remaja, pertemanan deh yang apstinya semua remaja udah
pernah mengalami hal tersebut, dan pastinya pasti semua remaja pernah
mengalaminya kan? Setidaknya walau satu orang, itu bisa jadi temanmu. Tidak
terbuka kepada teman, tidak menceritakan masalah hidup kepada teman dekat,
bukan berarti aku tidak mempercayakan sebuah hal yang penting dalam hidupku
kepada temanku. Perlu kesiapan diri juga kan? Mencurigai apakah teman kita
yuang sudah mendengar segala cerita kita tersebut menjaganya dengan baik? Kita
saling janji untuk tidak menceritakan kisah tersebut kepada orang lain, padahal
kita gak pernah tahu bisa aja dia cerita kepada orang lain dimana orang
tersebut tidak kenal kita, makanya dia bisa santai aja menceritakan rahasia
indah yang terukir janji tersebut. Haha.. itu curiga, dan tidak pekanya, susah
kah percaya dengan teman? Aku terlalu naïf untuk mengakui.. aku orang yang
tidak peka dan selalu curiga.. itu membuat aku selalu banyak memikirkan hal.
Syukurnya aku tipe manusia yang tidak terlalu larut memikirkan suatu hal,
ketika tiba saatnya hal tersebut untuk dilupakan, maka tanpa aba – aba. Busshhh
lupa deh aku, walau sesakit apa hal tersebut dipikirkan, dan menangis semalam
hanya memikirkan hal tersebut, tapi seketika itu menjadi cerita lalu dan kadang
aku malu mengingat air mataku semalam. Aneh ya, ketika tidak peka itu
bersanding dengan curiga.
Tapi nyatanya itulah aku.. Jadi inti dari
curhatan malamku ini, mengapa tidak peka dan curiga itu menghinggapi sudut
hatiku, aku masih gak bisa habis pikir, aku tau kok cara memberi perhatian ke
teman, gak perlu disinggung. Seolah aku gak akan Tanya bagaimana kesehatan
temenku ketika aku terpisah 3 tahun, lalu seenaknya dia bilang aku sudah
berubah tak seperti dulu, aneh tau gak! Dulu aku anak – anak, dan dulu aku
masih ingusan yang masih sisiran belah tengah memakai rok abu – abu pudar, dan
tas ransel hitam. Aku bingung. Aneh kan kalo tiba – tiba aku yang sudah dikenal
dari dulu sebagai sosok apa adanya aku sekarang ini mendadak “haii.. kamu lagi
apa? Lama banget gak ngobrol, sekarang pacarmu siapa? Udah makan? Sehat kan?
Gimana kabar ibu bapak? Mereka sehat?” mungkin aku mencontohnya terlalu lebai,
tapi perlu diambil kesimpulan “eka gak mungkin seperti itu”
Aku diam bukan berarti
aku gak peka kok, bisa jadi aku berpikir entah curiga atau lainnya. Mungkin aku
gak peka terhadap seseorang, tapi aku bisa peka terhadap lingkungan seseorang
tersebut, tau dehh… kadang serba salah, makanya sampai sekarang berteman itu
cukup sewajarnya, terlalu mengikat perasaan teman menjadikan susah bergerak dan
mereka gak siap menerima perubahanku ketika pertemanan itu terpisah lama oleh
waktu. Aku mulai egois.. dan syukurnya aku gak suka banyak bercerita dengan
seseorang tentang siapa aku dan bagaimana aku, yang dilihat tak seperti yang
aslinya. Yang jelas aku lebih suka bercerita kepada sebuah pena, atau deretan
kotak huruf dan angka ini.
Finally done.. I feel
better..
Mungkin agak terlihat
kurang masuk akal, tapi setidaknya aku bisa bercerita maksud perasaan ini apa.
No comments:
Post a Comment