Wednesday, April 18, 2012

MOTIVASIKU

MOTIVASIKU

Oleh : Eka yuliana 

Aku masih menjadi seorang perempuan yang semakin menanjaki umur kedewasaan. Bagaimana nantinya aku mulai belajar untuk mandiri dan menghadapi kerasnya dunia. Ayahku sosok yang nantinya akan aku buat bangga karena telah memiliki seorang putri yang hebat, Ibuku yang nantinya akan aku buat bahagia telah melahirkan seorang perempuan yang tangguh, dan adikku dia akan aku buat bangga memiliku kakak sepertiku.

Aku mengarungi hidupku sedari kecil dididik untuk tak terlalu menikmati belaian serang ibu secara langsung. Eka kecil, dia sempat tidak mengerti kenapa dia tumbuh jauh dari kasih sayang kedua orang tuanya? Eka kecil sangat iri kepada adik laki – lakinya yang sedari lahir sampai kini remaja menikmati kebersamaan yang kerap dia temukan tiap pagi, siang dan malam. Sedangkan untuk seorang eka, dia jauh dari kedua orang tuanya sedari dia umur 5 tahun. Tumbuh menjadi sosok perempuan yang berbeda dari sosok perempuan pada umumnya yang cenderung manja atau lemah. Namun Eka justru menjadi kuat dan tumbuh menjadi gadis yang tangguh meski sedikit pemalas.


Disini nenekku lah yang sangat berjasa memberikan aku pelajaran untuk tumbuh berjuang melewati masa remaja yang menjadi titik awal percobaan dalam hidup untuk benar – benar menjadi pribadi yang dewasa. Nenekku, wanita yang sangat aku sayangi, jujur dia wanita pertama yang pernah membuat aku menangis. Tangis bahagia atau tangis sedih karena merasa pernah melukai hatinya. Tapi bukan berarti aku tak sayang dengan ibuku, tanpa ibu aku bukanlah apa – apa, meski beliau jauh, aku percaya rasa sayangnya tak pernah terbedakan antara aku dan adikku. 


Bahkan sampai aku sebesar ini aku masih merasakan rasa iriku yang kerap menyapa pikiranku, melihat adikku yang begitu dekat dengan ayahku bahkan sangat erat. Yah itu adalah hubungan antara pria, tapi eka yang sedari kecil mungkin bingung kenapa aku merasa asing dan seperti tak mengenal ayahku sendiri? Itu berkembang sampai ketika aku berada di bangku SMP, aku berada dirumah pun aku merasa kurang menikmati kebersamaan, lain seperti ketika aku berada di keluarga nenekku dimana disana ada tantekku yang aku anggap seperti mbakku dan nenekku yang aku anggap seperti ibuku, dan adik2 sepupuku yang aku anggap seperti adik kandungku sendiri. Mengapa aku sampai bisa merasakan hal itu? Aku merasa asing dengan keluargaku sendiri.


Perasaan itu mulai hilang ketika aku menemui kasus yang ternyata anak yang kurang perhatian secara langsung itu tak cuma eka, tak cuma aku. Di luar sana jauh dan mungkin sangat banyak anak yang tak merasakan kasih sayang orang tuanya, kenapa aku tak mensyukurinya? Dan perlahan aku sudah bisa terbuka dengan ibuku meski dengan ayahku terkadang saja aku berbicara secara intend.

Aku pernah merasa sakit hati, waktu itu aku pernah membuat hati adikku jengkel sehingga dia melontarkan perkataan dimana dia lebih suka jika aku bersama keluarga nenekku, bukan dirumah. Untuk umurnya yang sudah remaja itu, sulit aku menterjemahkannya sebagai gurauan. Aku menangkapnya sampai dasar hatiku. Benarkah begitu? Rasanya saat itu aku ingin menghilang dari dunia dan tak menjadi kakaknya lagi. Tapi, lagi2 aku berpikiran bodoh, bagaimana bisa? Dia adik laki – lakiku, satu2nya saat ini yang aku punya sebagai saudara yang pernah tinggal dalam kandungan yang sama, kenapa aku memikirkan itu? Adikku mungkin sedang bercanda, yahh.. sampai sekrang aku menganggap adikku bercanda. 


Untuk kejujuran, anak2 sering mengeluh dimarahi oleh kedua orang tuanya. Berbeda bagiku, aku justru ingin merasakan bagaimana rasanya di marahi oleh kedua orang tua? Memang aku nakal dan bandel, amarah sering aku dapat dari nenekku, bagaimanapun beliau yang mengopeniku sampai aku sebesar ini. Kembali ke topic tadi, aku tak pernah merasakan amarah dari kedua orang tuaku, aku sempat berpikir, apakah aku anak yang terlalu baik untuk mereka atau karena mereka tak pernah bisa menyampaiakan amarah mereka? Adikku sering mengeluh jika dia dimarahi oleh orang tuaku, bahkan dia iri kepadaku, lucu sekali kia berdua seriing merasa iri satu sama lain. 


Memang adikku seperti itu, aku juga tak tahu watak adikku, meski dia adik kandungku, justru aku lebih dekat dengan adik sepupuku lainnya. Tapi bukan berarti aku tak menyayangi dia, aku justru sangat sayang kepadanya. Aku sempat merasa benar – benar kehilangan tenaga ketika mendengar berita kecelakaanya yang menyebabkan dia mengalami retak kaki. Jika aku pulang, terbesit dikepalaku ingin memeluknya, mengusap kepalanya seperti yang pernah aku lakukan ketika dulu dia masih kecil, tapi sepertinya dia sudah baligh dan lucu aja jika aku melakukan itu. Malah aku cenderung melakukan keusilan yang membuat dia menjadi terusik. aku sering tertawa sendiri jika mengingat masa ketika aku dan dia masih kecil, dia sering banget menjadi adik yang paling menjengkelkan, selalu mengikutiku kemanapun aku pergi, bahkan dia menjadi anak rumahan dadakan jika aku berada dirumah. Padahal dia sering bermain keluar dengan teman – temannya, hanya demi aku dia rela mengabaikan bermainnya. Memilih dirumah mengajakku bermain monopoli, ular tangga, nitendo, game computer, tamiya, wayang, kelereng atau permainan lainnya.


Itulah mengapa yang membuat aku menyayanginya, mungkin dia gak sadar dan menganggap aku kakaknya yang cuek kepadanya, hanya bisa ngomel atau mengejeknya, tapi itulah rasa sayangku sesungguhnya. Dan aku yakin sekali dia pasti mengaggap aku sosok kakak yang lebih pantas disebut adik, karena aku cenderung lebih sering mengeluh jika meminta sesuatu kepada ayahku, berbeda denganya dia sangat suka menabung. Aku salut banget sama dia, bahkan dia pernah berkata kepadaku, dia ingin menjadi pemain sepak bola yang mempunya gaji terbesar di dunia dan nanti akan membelikan aku apapun yang aku minta, menjadi produsen kopi terbesar, pencipta game, detective, FBI profesi apapun tapi ujung- ujungnya menjadi orang yang sukses dan nanti akan membelikan aku apapun yang aku mau. Sedangkan aku, aku tak pernah berpikiran sampai kesana, sedangkan saat itu dia masih smp kelas 1 dan aku sudah hampir lulus SMA. Sebesar itu aku belum memiliki pikiran untuk memberikan sesuatu yang bisa membahagiakan adikku sendiri? Dan itu kembali merubahku, kini aku kuliah selain termotivasi oleh kerja keras Ayah dan Ibuku atau perjuangan nenekku untuk mendidik moralku, ada adikku yang memotivasi aku untuk selalu memegang prisipku yaitu“kuliah, kerja, sukses dan mengenyampingkan hubungan hati dan perasaan”


Aku berjanji kepada diriku sendiri, aku akan menyekolahakn adikku, membuka jalan terang untuk adikku. Mendukungnya untuk meraih cita – citanya, berdua kita akan menjadi putra dan putri ayah dan ibuku yang paling hebat yang pernah mereka miliki.
Yah aku berjanji, tak lepas setahun ini aku akan menyelesaikan kuliahku, menjadi pribadi yang mandiri dan berdiri sendiri mencari kerja, sukses dan nantinya itu menjadi jembatan untuk mereka adik – adikku.

Ya Allah… itu pintaku..
Jadikan jalanku mulus, terangi selalu agar aku tak jatuh di lubang yang gelap.
Aku ingin berjalan lurus dan menorehkan hasil yang mampu membuat mereka ternyenyum bangga..
Itu yang aku pinta Ya Allah..
AMIIIN…



Eka Yuliana 
Putri dari Sutikno dan Sumiati
Kakak dari Rahmat Abdul Hajiz


No comments:

Post a Comment