Friday, July 5, 2013

Curiga….. :/

Gak ada kata lain yang bisa aku ungkapkan dari sebuah kata “curiga” mungkin juga nih ya dijaman dulu banyak perang itu ada curiga yang menjadi salah satu pemicunya, yahh.. gak curiga mungkin orang tidak mereka – reka kejadian kemudian. Tapi ada dampak jelek dan dampak baik dari curiga. Mbahku pernah bilang “jangan mudah percaya dengan orang lain yang belum dikenal.” Nahh pastinya lah jika ada orang asing yang datang ke aku dan bertanya seperti wartawan sok pengen tau, aku harus curiga kan? Dan kenapa baiknya? Kamu gak bakal pernah terjerumus, bahkan gak akan pernah merasa manusia paling bodoh yang bisa terjerumus ke hal seperti itu. Tapi ada jeleknya juga sih. Semua hal menjadi sesuatu yang terlalu parno kalo terus – terusan curiga.
Kadang terlihat dari luar, sosok bernam
a “eka” yahhh kalian bisa memanggilku seperti itu, adalah seseorang yang gak peka. Dalam artian, seolah – olah aku tidak bisa memahami keadaan luar. Mungkin dalam situasi “itu bukan areaku” aku bisa terima hal itu mengarah dan menempel erat kepadaku, tapi jika itu sudah berhubungan dengan aku, masa iya sih aku gak peka?! Aku juga manusia yang berhati, walau dari luar terlihat aku garang, hatiku lembut loh.. aah.,.! narsis bentar doang.

Kembali ke tidak peka tersebut, lalu apa hubungannya curiga dengan tidak peka? Akan aku bahas tapi mungkin dibahas gak jelas, ini menurut aku aja. Kadang dalam diam, seseorang itu gak hanya ada dalam kediamannya, dia bisa berfikir, melamun, laper, atau bahkan ngantuk. Dan untuk aku sendiri, dalam diamku (kapan aku diam) banyak yang bilang aku gak bisa diam dan terlalu banyak ngomong, hahaha aku mulai ngelantur abaikan,. Kadang kediamanku itu banyak hal sih yang menjadi pikiran, bukan diriku.. tapi teman – temanku, aku kaui.. aku emang gak terlihat secara real bisa memperhatikan keadaan temankku, tapi dari mereka bicara, bertingkah laku, tersenyum, tertawa, menangis, makan, kesukaan, hobi, dan parfum. Aku bisa menghapalnya.. mungkin mereka gak tau aku bisa memperhatikan dalam kondisi aku yang gak terlihat memperhatikan. Tapi, perlukah kita membanggakan diri seolah kita itu perduli dan perhatian terhadap seseorang dan menunjukkan kepada orang lain bahwa aku perduli dengan temanku? Yang perduli dengan teman itu gak cuma kita kok, udah bukan rahasia lagi kalo dalam pertemanan itu ada kata perduli, jadi buat apa di ungkapin. Tidak peka? Diam terus menaruh curiga.. beberapa remaja mungkin pernah mengalami ini, di sampingkan dalam aspek prlikaku remaja dalam konteks jatuh cinta. Aku agak merinding kalo bahas cinta., diambil secara umumnya aja prilaku remaja, pertemanan deh yang apstinya semua remaja udah pernah mengalami hal tersebut, dan pastinya pasti semua remaja pernah mengalaminya kan? Setidaknya walau satu orang, itu bisa jadi temanmu. Tidak terbuka kepada teman, tidak menceritakan masalah hidup kepada teman dekat, bukan berarti aku tidak mempercayakan sebuah hal yang penting dalam hidupku kepada temanku. Perlu kesiapan diri juga kan? Mencurigai apakah teman kita yuang sudah mendengar segala cerita kita tersebut menjaganya dengan baik? Kita saling janji untuk tidak menceritakan kisah tersebut kepada orang lain, padahal kita gak pernah tahu bisa aja dia cerita kepada orang lain dimana orang tersebut tidak kenal kita, makanya dia bisa santai aja menceritakan rahasia indah yang terukir janji tersebut. Haha.. itu curiga, dan tidak pekanya, susah kah percaya dengan teman? Aku terlalu naïf untuk mengakui.. aku orang yang tidak peka dan selalu curiga.. itu membuat aku selalu banyak memikirkan hal. Syukurnya aku tipe manusia yang tidak terlalu larut memikirkan suatu hal, ketika tiba saatnya hal tersebut untuk dilupakan, maka tanpa aba – aba. Busshhh lupa deh aku, walau sesakit apa hal tersebut dipikirkan, dan menangis semalam hanya memikirkan hal tersebut, tapi seketika itu menjadi cerita lalu dan kadang aku malu mengingat air mataku semalam. Aneh ya, ketika tidak peka itu bersanding dengan curiga. 

Tapi nyatanya itulah aku.. Jadi inti dari curhatan malamku ini, mengapa tidak peka dan curiga itu menghinggapi sudut hatiku, aku masih gak bisa habis pikir, aku tau kok cara memberi perhatian ke teman, gak perlu disinggung. Seolah aku gak akan Tanya bagaimana kesehatan temenku ketika aku terpisah 3 tahun, lalu seenaknya dia bilang aku sudah berubah tak seperti dulu, aneh tau gak! Dulu aku anak – anak, dan dulu aku masih ingusan yang masih sisiran belah tengah memakai rok abu – abu pudar, dan tas ransel hitam. Aku bingung. Aneh kan kalo tiba – tiba aku yang sudah dikenal dari dulu sebagai sosok apa adanya aku sekarang ini mendadak “haii.. kamu lagi apa? Lama banget gak ngobrol, sekarang pacarmu siapa? Udah makan? Sehat kan? Gimana kabar ibu bapak? Mereka sehat?” mungkin aku mencontohnya terlalu lebai, tapi perlu diambil kesimpulan “eka gak mungkin seperti itu”

Aku diam bukan berarti aku gak peka kok, bisa jadi aku berpikir entah curiga atau lainnya. Mungkin aku gak peka terhadap seseorang, tapi aku bisa peka terhadap lingkungan seseorang tersebut, tau dehh… kadang serba salah, makanya sampai sekarang berteman itu cukup sewajarnya, terlalu mengikat perasaan teman menjadikan susah bergerak dan mereka gak siap menerima perubahanku ketika pertemanan itu terpisah lama oleh waktu. Aku mulai egois.. dan syukurnya aku gak suka banyak bercerita dengan seseorang tentang siapa aku dan bagaimana aku, yang dilihat tak seperti yang aslinya. Yang jelas aku lebih suka bercerita kepada sebuah pena, atau deretan kotak huruf dan angka ini.

Finally done.. I feel better..

Mungkin agak terlihat kurang masuk akal, tapi setidaknya aku bisa bercerita maksud perasaan ini apa.

No comments:

Post a Comment